www.unesa.ac.id
Ada gejala di kalangan mahasiswa, bahkan para elit bahwa mereka terjebak ke dalam cara berpikir yang pragmatis, yaitu cara berpikir yang hanya berorientasi sesaat (saat ini), dan untuk kepentingan sesaat (kepentingan diri sendiri), tanpa menganalisis dampaknya. Mereka bertindak tanpa memikirkan akibat dari apa yang dilakukan. Bahkan mereka lebih cepat percaya kepada berita-berita di media sosial, tanpa secara kritis mempertanyakan kebenarannya (sumber dan faktanya).
Sikap mudah dan cepat percaya terhadap suatu mengindikasikan sikap yang tidak kritis. Sikap mudah dan cepat percaya bukanlah watak dari masyarakat ilmiah. Watak dari masyarakat ilmiah adalah sikap skpetis (keraguan sebagai metode), tidak mudah dan cepat percaya. Mereka akan mencari bukti (fakta) dan menganalisis dengan logika secara kritis.
Cara berpikir pragmatis ini tidak sejalan dengan cara berpikir ilmiah (scientific thinking). Berpikir secara ilmiah adalah cara berpikir yang kritis, runtut, konsisten, dan mendasarkan kapada data dan logika yang sehat, serta analisis yang tajam. Cara berpikir ilmiah inilah yang dipelajari dan harus dimiliki oleh para mahasiswa. Berpikir secara ilmiah merupakan ciri masyarakat ilmiah (kampus) dan sekaligus keunggulan mahasiswa dibandingkan dengan yang lain.
Cara berpikir yang tidak kritis dan sikap mudah percaya merupakan titik lemah untuk masuknya gerakan radikalisme. Bagi mahasiswa baru, cara berpikir secara keilmuan ini memang belum sepenuhnya terbentuk. Mereka baru akan belajar, itupun jika para dosennya mengajarkan dan membimbingnya, sebab tidak semua dosen melakukannya. Dalam konsisi yang seperti ini mereka sangat mudah dihegemoni oleh wacana yang sengaja dibuat untuk kepentingan dan tujaun tertentu, termasuk radikalisme. Kelemahan dalam berpikir kritis, sedikitnya pengetahuan tentang kondisi lingkungan, dan mungkin ditambah dengan kelemahan secara ekonomi menjadi titik rawan bagi masuknya paham radikalisme, dan paham anti Pancasila.
Oleh karena itu, para mahasiswa baru khususnya yang berasal dari daerah-daerah, harus berhati-hati, terhadap para penyebar radikalisme dan antiPancasila. Para mahasiswa baru harus bersikap kritis terhadap berbagai tawaran bantuan dari berbagai pihak,karena di balik tawaran tersebut sering kali ada agenda untuk meng-hegemoni (meyakinkan), untuk masuk dalam suatu paham dan gerakan radikal atau antiPancasila. (*)
Share It On: