www.unesa.ac.id
Forum ilmiah ini diikuti sejumlah 182 presenter yang akan memaparkan hasil penelitiannya. Peserta yang hadir berasal dari berbagai kalangan, diantaranya para peneliti, mahasiswa, praktisi pendidikan, hingga pakar pendidikan. Tak hanya berasal dari Indonesia, para penyaji ICEI 2018 juga diikuti oleh peserta yang berasal dari Thailand, Taiwan, China, hingga Belanda. Ini menunjukkan adanya keresahan yang sama atas sistem pendidikan yang selama ini telah dilakukan di negara masing-masing.
Acara dibuka langsung dengan pemukulan gong oleh Wakil Rektor I Unesa, Dr. Yuni Sri Rahayu. Dalam pembukaan tersebut, Yuni memaparkan bahwa penyelenggaraan ICEI di tahun 2018 kali ini menjadi istimewa karena membawa tema yang memang sedang banyak didiskusikan oleh pemerhati pendidikan di dunia. Menurutnya, konferensi tingkat dunia ini akan memberikan kesempatan bagi peserta untuk bertukar ide, pengetahuan, dan pengalaman sehingga akan menghasilkan konsep pendidikan yang lebih baik.
“Selain rekomendasi, ide, serta diskusi yang akan dilakukan. Saya berharap melalui konferensi ini kita dapat bersama-sama memberikan kritik terhadap sistem pendidikan yang selama ini telah terlaksana. Semua upaya ini demi pendidikan Indonesia yang lebih baik,” tegasnya
Sementara menurut Budi Purwoko, Ketua Panitia, Konferensi internasional di bidang pendidikan tersebut diselenggarakan sebagai bentuk kepedulian Unesa terhadap permasalahan-permasalahan di bidang pendidikan multikultural yang akan dihadapi di era digital. Unesa sengaja mengundang pakar pendidikan dari luar negeri untuk memberikan pengalaman serta pengetahuan yang lebih lengkap kepada para peserta. Diharapkan penyelenggaraan ICEI 2018 juga akan memberikan gambaran tentang keragaman budaya yang ada di dunia.
“Masyarakat Indonesia saat ini berada pada kondisi yang beragam. Selain itu banyaknya ragam teknologi informasi yang menyebabkan pergaulan anak-anak sebagai generasi bangsa semakin meluas. Maka, dibutuhkan adanya kesadaran multicultural yang harus menjadi prinsip sehingga dapat memahami sikap-sikap orang lain yang memiliki beda budaya, sikap, atau perilaku,” tegas Budi. (Dit/Gil/humasunesa)
Share It On: